Menjadi seorang pengusaha sukses dan 10 orang terkaya di Indonesia, Sukanto Tanoto juga menghadapi banyak ketidaksukaan dari berbagai pihak. Itu sifat dasar manusia, iri terhadap kesuksesan orang lain dan rasa iri yang ekstrem itu akan diinterpretasikan dalam bentuk perilaku dan tindakan yang sangat tidak bermartabat.
Sebagai seorang pengusaha sukses, otomatis lebih banyak tanggung jawab yang ditambahkan kepada diri juga bisnisnya dan orang-orang akan berharap lebih tinggi terhadap diri dan tindakannya. Sukanto Tanoto tidak memperoleh keistimewaan ini dengan begitu saja, dia terus memberikan kontribusinya kepada masyarakat, karena dia menyadari bahwa dia mampu melakukan hal itu. Namun, bertentangan dengan yang dikatakan pihak lain, Sukanto Tanoto tidak melakukan semua ini hanya untuk memperoleh dukungan dari masyarakat atau untuk mendapat popularitas. Jika dia ingin melakukannya, dia bisa melakukannya dengan cara yang lebih efisien dan mempublikasikan semua perbuatan baiknya. Bahkan, banyak dari kontribusinya yang tidak tercatat, apalagi dipublikasikan.
Tidak seperti taipan lainnya, Sukanto Tanoto menjadi seorang biliuner atas usahanya sendiri yang telah melalui berbagai kesulitan dan penderitaan sejak ia muda. Dia mengerti arti penderitaan dan mengerti bagaimana rasanya menjadi orang yang sangat membutuhkan. Pengalaman itu tidak sekadar menjadi memori yang tidak berguna baginya, justru sebaliknya, membentuk karakternya. Seperti kapal yang berlayar mengarungi lautan, karakternya bertindak sebagai pendukung dari bawah permukaan air; banyak orang dapat melihat dek dipoles dan berlayar mewah di atas permukaan air (dalam hal ini adalah bisnisnya), tapi apa yang memungkinkan kapal untuk berlayar adalah karakternya yang kuat dan integritasnya.
Untuk dijadikan sumber inspirasi bgiku bhwa pndidikan tinggi bukan alasan untk fidak dapat meraih kesuksesan